Rabu, 30 Maret 2016

ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JAWA TIMUR

konservasi arsitektur (jawa timur)
Arsitekur Jawa Timur
ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JAWA TIMUR
Surabaya merupakan ibukota provinsi ini dengan komposisi masyarakat yang beragam. Mayoritas penduduk daerah ini adalah suku Jawa, tetapi di pulau Madura didiami oleh suku Madura. Selain penduduk asli, Jawa Timur juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup signifikan dan mayoritas di beberapa tempat, diikuti dengan Arab; mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan. Suku Bali juga tinggal di sejumlah desa di Kabupaten Banyuwangi. Dewasa ini banyak ekspatriat tinggal di Jawa Timur, terutama di Surabaya dan sejumlah kawasan industri lainnya. Dan juga system kekerabatan yang dianut masyarakat jawa timur adalahPatrinialisme.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun demikian Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar Suku Jawa. Bahasa Madura dituturkan oleh Suku Madura di Madura maupun dimanapun mereka tinggal.
Suku Jawa umumnya menganut agama Islam, sebagian menganut agama Kristen dan Katolik, dan ada pula yang menganut Hindu danBuddha. Sebagian orang Jawa juga masih memegang teguh kepercayaan Kejawen. Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam. Sedangkan Suku Tengger menganut agama Hindu. Orang Tionghoa umumnya menganut Konghucu, meski ada pula sebagian yang menganut Buddha, Kristen, dan Katolik; bahkan Masjid Cheng Ho di Surabaya dikelola oleh orang Tionghoa dan memiliki arsitektur layaknya kelenteng.
ARSITEKTUR BANGUNAN
Bentuk arsitektur di Jawa Timur umumnya mirip dengan bentuk arsitektur di Jawa Timur. Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentukjoglo, bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak setangkep).
Bangunan yang berbentuk Joglo :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBifDax9X9jElSUZs3_VnEDycsQHU0ewRzINSCBXXQkXnj96QQ4MsMs3D0Uog8g1Rm4WVsn91y2418bfLkKj5GaXM_wr6g5DYpMDKqn2dZsctq5IO9MAI9NtkLa9o0EAAw8Pbw1mgcIgE/s1600/phoca_thumb_l_rumah-joglo-007.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb_NrRi5MQc34zt-WPdQVjpOelZZpja8YQzPdrhZ4cK4vaGUNkBgMWJ2piRZUZ9Dtj32Am_mtWtEfjos3p6oaf8GzLiOxGqJVE7KpVXRHsS9ZAOeFvd7FxXn9rdc_K0Pigytb3nnwr3Ts/s1600/banyuwangi+-+rumah+adat+osing.jpg
Keterangan :
Rumah serotong pada umumnya dimiliki oleh penduduk asli, sedangkan rumah joglo dahulu hanya dimiliki oleh para bangsawan serta keturunannya, juga rumah-rumah kepala desa, sehingga nampak megah dan berwibawa.
ORIENTASI, DENAH DAN TATA RUANG RUMAH ADAT :
Arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
Tetapi beberapa sumber juga mengatakan Arah utara-selatan biasa dijumpai pada rumah rakyat kebanyakan, sedangkan arah timur-barat hanya dapat ditemukan pada rumah kerabat Kraton atau bangsawan.
Dan arah lain yang juga menjadi pedoman untuk menentukan arah rumah adalah di bagian depan menghadap himpunan air (bandaran agung) dan bagian belakang membelakangi dataran tinggi, bukit atau gunung.
4. Gandhok dan pawon.
Pendopo (pendhapa) yaitu bagian depan rumah yang terbuka dan berbentuk segi empat dengan empat tiang (saka guru) yang merupakan tempat tuan rumah menyambut dan menerima tamu-tamunya. Pendhapa terbuka tanpa batas melambangkan sikap keterbukaan pemilik rumah terhadap siapa saja yang datang.
Pringgitan, ruang yang masih berfungsi sebagai ruang publik adalah ruang peralihan dari pendopo menuju ke dalem ageng dan juga berfungsi sebagai tempat mengadakan pertunjukan wayang kulit pada acara-acara tertentu.
Dalem Ageng merupakan ruang privat sebab di dalamya terdapat tiga senthong atau tiga kamar. Senthong tengah atau krobongan merupakan tempat paling suci/privat bagi penghuninya. Sedangkan senthong kiwa dan senthong tengen berfungsi sebagai ruang tidur anggota keluarga. Senthong kiwa merupakan ruang tidur anggota keluarga laki-laki dan senthong tengen berfungsi sebagai ruang tidur anggota keluarga perempuan.
Gandhok dan Pawon
Ruangan di bagian belakang dinamakan gandhok yang memanjang di sebelah kiri dan kanan pringgitan dan dalem. Juga terdapat pawon yang berfungsi sebagai dapur dan pekiwan sebagai wc/toilet. Ruangan-ruangan tersebut terpisah dari ruangan-ruangan utama, apalagi dari ruangan yang bersifat sakral/suci bagi penghuninya.
Pola organisasi ruang dalam rumah tradisi Jawa dibuat berdasarkan tingkatan atau nilai masing-masing ruang yang terurut mulai dari area publik menuju area private atau sakral. Pembagian ruang simetris dan menganut pola closed ended plan yaitu simetris keseimbangan yang berhenti dalam suatu ruang, yaitu senthong tengah
Zoning :
Pendopo (pendhapa)
Pringgitan
Senthong
Gandhok dan Pawon
Sirkulasi
Alur sirkulasi mengarah dari depan ke belakang
Pondasi yang digunakan adalah bebatur yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Diatas bebatur ini dipasang umpak yang sudah diberi purus wedokan. Konstruksi memiliki struktur stabil, karena hanya struktur kolom bergabung atas pondasi / umpak dengan "purus". Ada yang berbeda dengan landasan beton, jadi jika terjadi getaran, gedung ini bergoyang-goyang mengikuti gravitasi bumi. Ketika gempa datang, gedung ini tetap akan stabil karena bisa mengikuti arah gerakan gravitasi bumi, maka tidak dapat membuat struktur kolom yang patah.
Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung yang membentuk ruang pamidangan yang merupakan ruang pusat dan 12 saka pananggap yang menyangga atap pananggap( tiang pengikut), masing-masing saka ditopang oleh umpak menggunakan sistem purus
Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. masing- masing blandar dan pengeret dilengkapi dengan sunduk dan kili sebagai stabilisator.
Menggunakan tumpang dengan 5 tingkat. Balok pertama disebut pananggap, balok ke dua disebut tumpang, balok ke tiga dan empat disebut tumpangsari, dan balok terakhir merupakan tutup kepuh yang berfungsi sebagai balok tumpuan ujung- ujung usuk atap.
Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap ada 2 (uleng ganda)
Terdapat godhegan sebagai stabilisator yang biasanya berbentuk ragam hias ular-ularan.
Menggunakan atap sistem empyak. 4 sistem empyak yang digunakan : brunjung dan cocor pada bagian atas, serta pananggap dan penangkur di bagian bawah
Terdapat balok molo pada bagian paling atas yang diikat oleh kecer dan dudur.
Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring atau memusat ke molo. Joglo ini juga tidak memiliki emper Tiang Tiang utama pada bangunan ini disebut saka guru.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhebWYqpbklZir64YTVcYtX8z5QpYtN8uJKqygFWgfKAIpaeZ6fklmHjrZBJJ731RziV3XM5CDUdcA-aJhhn-H2r3OrTRE2oESLLTICUFs1Jpn9EZlrYqwcpEDDzTftrnZZu9NgmYGbhFk/s1600/STRUKTUR+RUMAH+JOGLO.jpgAtap
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKmlLI53YZzNNU7vAT6vxL24ujifDoE2hSIjARYCTELcVhTBXMRh6K8RmGSbiKO32EWov9rMqG09wXB8DzeG-yo7e5qWxzACYyiNbWt4bYXnNApLnXVauNq48cf00fQUQxguOcMCSE7mc/s1600/index.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIP8RTC2Fu4t5yZ0meFj8X6LyLSdEkR3f-yaSXHcF2xMsRcHEKR0p_zGexrFsLtBCHh3hd-SZ4-TGfphVzTfTWTWul7jdFaSE47Kk3APD5dXiGgt6xtKHXxCjm38AS36pMfu5oHhFqb_s/s1600/STRUKTUR+RONGRONGAN.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN2nTbmUJYi9IDZASY-g7ZiF9_yMi134zxKZPq9H4oKarlm8kQP_pZq_WJA6DWRz4sGFqqoZi4cX7mB5fCw4K3Xw95UUY1joQ3QVl9HKbv7PLjNg4cZspJ4YWkeqptI_oWLdtp80JanSo/s1600/Soko+Guru+Joglo+Kanjeng.jpg


Konservasi Bangunana Lawang Sewu Semarang

Konservasi Bangunana Lawang Sewu Semarang

Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.







SEJARAH LAWANG SEWU
Lawang Sewu adalah salah satu bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda, pada 27 Februari 1904. Awalnya bangunan tersebut didirikan untuk digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta NIS. Sebelumnya kegiatan administrasi perkantoran NIS dilakukan di Stasiun Samarang NIS. Namun pertumbuhan jaringan perkeretaapian yang cukup pesat, dengan sendirinya membutuhkan penambahan jumlah personel teknis dan bagian administrasi yang tidak sedikit seiring dengan meningkatnya aktivitas perkantoran. Salah satu akibatnya kantor pengelola di Stasiun Samarang NIS menjadi tidak lagi memadai. NIS pun menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai jalan keluar sementara. Namun hal tersebut dirasa tidak efisien. Belum lagi dengan keberadaan lokasi Stasiun Samarang NIS yang terletak di kawasan rawa-rawa hingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Kemudian diputuskan untuk membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu berada di pinggir kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal). NIS mempercayakan rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di Negeri Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke kota Semarang. Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangi di Amsterdam tahun 1903.

Gedung Lawang Sewu bagi masyakarat dan petunjuk pengelolaan gedung Lawang Sewu bagi pengelola bangunan. Menyadari bahwa warisan ini pada dasarnya tak terbarukan (non renewable) dan perlahan tapi pasti akan punah, upaya pelestarian menjadikan para pemerhati yang peduli akan nilai dan manfaat warisan budaya berupaya dan berpikir positif bahwa masyarakat membutuhkan pembelajaran dan pembuktian. PT Kereta Api (persero) dalam konteks sisem kebudayaan juga semakin dituntut untuk menjadi pelopor di bidang heritage management, salah satunya adalah melestarikan warisan budaya dilingkungannya sendiri sebagai bentuk upaya memperkokoh jati diri perusahaan sekaligus sebagai bentuk Corporate Social Responsibilitykepada masyarakat.
Hal – hal yang telah dikerjakan :
I. Melakukan inventarisasi benda cagar budaya (bangunan dan non bangunan).
II. Untuk program nangunan ditetapkan pemugaran/perawatan Gedung Lawang Sewu
III. Tahapan yang dilakukan :
1.       Pendataan Kerusakan, bekerjasama dengan Pusat Studi Urban Unit Heritage Universitas Katolik Soegijapranata
2.       Awal Juni 2009 dilakukan uji praktek pekerjaan pemugaran pada beberapa ruangan dipandu oleh Paul Hunter dari New York University
3.       Awal Juni 2009 mengajukan ijin perbaikan / perawatan ke Dinas Tata Kota Pemkot Semarang, dengan menyelesaikan beberapa kewajiban ; a. Pembayaran PBB
b. Rekomendasi dari BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Jawa Tengah
4.       Juli 2009 melakukan kerjasama dengan BP3 untuk melakukan studi teknis perbaikan Gedung Lawang Sewu sekaligus untuk memenuhi syarat perijinan.
5.       Telah dilakukan tahap awal perbaikan hall dan lobby Gedung A (bagian atap dan dinding) sebagai uji bahan & uji teknis pengerjaan
6.       September 2009, ijin dari BPPT (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu ) Pemerintah Kota Semarang untuk perbaikan dan perawatan Gedung Lawang Sewu. Sehingga setelah ijin keluar, maka dimulailah perbaikan dan perawatan Gedung Lawang Sewu tahap selanjutnya, melalui Proses Lelang.
7.       Pemanfaatan Gedung Lawang Sewu Zona A akan bekerjasama dengan Departemen Perdagangan Republik INdonesia
8.       Pemanfaatan Gedung Lawang Sewu Zona B akan dikomersialkan
9.       Sistem management Gedung Lawang Sewu akan dikelola secara profesional terkait perawatan gedung, keamanan, promosi dan pemasaran oleh Unit Pelaksana Teknis dan seluruh pendapatan komersial merupakan pendapatan Daerah Operasi 4 Semarang
Rencana pengembangan gedung :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTW4QcwjXtGAuxdCgj6akWjxXLJHyfoiUHsqRPVCCrHc1mQbg6W1UQxW94_8xWhMv0M6tiY81N7wlHPOLV_Rimf8t0mAzABXnnqaDRTukZi9C2LHfSgFvF4pcMLpKJ89sYTJq3yKj_1DI/s400/19.jpg














https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxVZwcfFnZ9BRb0ttP1xENzbzUAvQxIj4YsnohV9OxtN-fsS67d140TLxlE3HT3nULdRuke2FEa8F8j_IeMoHHtrlrIczefvQkj9F2HeBO3-mT8CU0j20Atk5LAkQN3PYT20Sr9KIzbyGq/s400/20.jpg













I Gedung A (Zona A) akan dimanfaatkan menjadi Exhibition Center (Lantai 1 & Lantai 2), Perpustakaan (Lantai 1) dan Galeri (Lantai 3).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjw3VminD1SBPDHByfBgbAhEIfvVeFGQZl0z3Ejmgqky6BdS4L6yo-13Hhu1hGs7DdzVlnjYOaQr2rx_WBhZ58f0iDIOqgMKXvyaq2fe-9AIUW47etyVZ7zKk_KoJTWvUJN54MP5Ptg_54/s400/21.jpg












Lantai 1 & 2 Gedung A akan menjadi Exhibition Center bekerja sama dengan Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Exhibition Center tersebut terdiri dari gerai-gerai eksebisi (yang dapat diisi booth atau stand pameran).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPiL2dHe8SleAXXipFp1l6wKK56f3F3-udt6MtTx2D3pE8uhM9GwedQVmP9PGRb6MUIsNuYKFwkgi-Wb-hCDtorGos81jBBXKZMxTejc1cSIL4h1B9Zjf5ly6BSfWDOVPVhJsDKLzP6AmS/s400/22.jpg










Beberapa Ruangan (2 Ruangan) pada Gedung A akan dimanfaatkan sebagai Perpustakaan Umum diharapkan mampu menjadi sarana edukasi non formal bagi masyarakat sekitarnya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKKyn-55w41roBhnuAse1qR9_kuIWtv3U6HXSnerGuU1c0suS9-C2HGnvapw0fNpacVIpr3fqxyTAGtYRTFI9uPWsMz-oTcPVdZTdYsMQDup1aBuxl9C6NuDtXnhNVvEbdUE29ALWfn5E1/s400/23.jpg










Lantai 3 pada Gedung Ayang akan dimanfaatkan sebagai Galeri yang memamerkan benda-benda milik PT Kereta Api(persero) danjuga koleksi daerah setempat yang memiliki nilai histories
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2LXy_3X2GZqaFw0SCqSTPQ4iB74Slcd0W96xVAdk_SF1AisU4gCq3Bey5ZSOAzdjGZ-zM6i-M_HSwi_sfWXhnB7B6pCsLF8v-6CBQBqAFXmzTPynPKywPAf7G6_sDJzIpSK0MeahDpUrp/s400/24.jpg













II. Gedung B (Zona B) akan dimanfaatkan menjadi Retail, Ruang sewa untuk perkantoran, Food Hall & Fitness Center.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguPyJoMiP-0v4ZFNGIwRq_HU-EkLTENQFM9oU34iSKCJTHAKa6tzvaWfGAyaWVEPGcxuWn_556M2HxcNCCsjbx2dXpiRghdV9xSD5TaKgH5Yi49uU02zVCLCpc6UFIjHIGhbnPBgLzFuV0/s400/28.jpg










Lantai 1 Gedung B dimanfaatkan sebagai Retail (ruang yang disewakan untuk gerai).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFtWN_xGzJXy3clYZOjejbceaYRMcNp9QE3qenUhJYsaHa4BSy9hhFiD252P3CGnuyADSwYit6aV2WlN88-Z3R5ZVRVAqCfWZFmX64fkTk77CVwWydVVoWO3vkvV8XnBGzUlyY-aEod4za/s400/25.jpg









Lantai 2 pada Gedung B yang akan dimanfaatkan sebagai ruang sewa untuk Perkantoran.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKZvzURhW70OfYDQyRtGc1LF9BfHlqCdCkEq7dd3SLVGIMz0FQQXH19sC_LZlGzEw9cHuc9iMmSbAc84Zp0N4k2CrOJjlQQqOr_3fWqJtAh4S-kDz-5sKTmj2sBYbHhFH8WryPYnvyFNR6/s400/26.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMNR8bJp0prh-azqO5TziVZmdjJZjcd6eWDR8q14QeH9uGMgHJpfyUw_23EFPOPZVOzO1pYrDhPW2PBA4mMAbTm40drsKEvY59EEmcsJMQ5C3jn3KTy7DZ3PmpjsFrsj9q_AkrTvj-hsTe/s400/27.jpg












Lantai 3 pada Gedung B yang akan dimanfaatkan sebagai Food Hall & Fitness Center.








III. Gedung C (Zona C) akan dimanfaatkan menjadi Kantor Unit Pelaksana Teknis Lawang Sewu, Pusat Informasi dan Mushola.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitM7U2qWiJIp8_YGkSX_VghA-z3qS3Bzhh62hRj9_Tl51HOs1LhPBWsyHqObHyR23j4zxPxqBFv8nqoTY3V8fCQtkxGkb3e-dUNJcZeds6Op9cXTKBdbxxxukJrrKZsf9MlQzW_gvPNelP/s400/29.jpg










IV. Gedung D (Zona D) akan dimamfaatkan menjadi Area Utilitas Bangunan Lawang Sewu meliputi aspek Mekanik,listrik dan Plumbing.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHHJQmgfxxRVIBdfGnu0Ysus2KBlFTZc_67H0v9p6aJD0KqabHAKciI8XT5U_RekobP7YO9N436PO3roY2kJoUnRRVTlbnIdfZkxsLI4uPrFiiSiSlTvfx-Wns5XPFmUWpeBNqNaCDBZg3/s400/30.jpg










V. Zona F dan G akan dimanfaatkan menjadi Inner Courtyard yang dapat dipergunakan menjadi area multifungsi misalnya untuk garden party,gathering event dan lain sebagainya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUZSiKO0B6QXk8e_PS2dWuaOOGHwCUYKt1gpuj0ZgoB7NPgbEQjCS8EN_EMwHlEct6W78E8SIh1Msd0G65MXg938q9Lipkn4p_iuL3zYmZ7qGmgc2VDcBi0XvGCC7BTO-wvMPKf00OVDlu/s400/31.jpg










VI. Zona H merupakan lahan kosong yang akan dimanfaatkan sesuai dengan peraturan tata ruang kota agar dapat terintegrasi secara urban khususnya dengan pemamfaatan gedung Lawang Sewu